3
PEMUDA DAN SOSIALISASI
A.
PEMUDA
Secara
hukum pemuda adalah manusia yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu
manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya
perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil
baligh yang ditandai dengan mimpi basah bagi pria biasanya pada usia 11 – 15
tahun dan keluarnya darah haid bagi wanita biasanya saat usia 9 – 13 tahun.
Pemuda
adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam
harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda
diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan
generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di
dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya
yang strategis sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani
bagi pembangunan bangsanya.
Dalam
kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan
kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda
memiliki definisi beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi
teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel.
Dimana pemuda/ generasi muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat
pembaharu dan progresif.
Dalam
pendekatan ekosferis, sebagai subyek pemuda mempunyai nilai sendiri dalam
mendukung dan menggerakan hidup bersama, generasi tua berkewajiban membimbing
generasi muda sebagai penerus untuk memikul tanggung jawab yang semakin
komplek, sedangkan generasi muda berkewajiban mempersiapkan diri untuk mengisi
posisi generasi tua yang makin melemah.
Munculnya
jurang pemisah antara generasi muda dan generasi tua merupakan akibat dari
benturan dua kebudayaan yaitu tradisional dan modern. Dimana budaya tradisional
itu dianut oleh generasi tua yang terdahulu dan budaya modern dikembangkan oleh
generasi muda yang telah tercium arus globalisasi dengan tujuan untuk
mengadakan perubahan-perubahan yang lebih baik dari generasi orang tua.
Perkembangan dengan tidak adanya.
Permasalahan
ini adalah pemasalahangenerasi yang merupakan suatu masalah masyarakat yang di
kenal sejak dulu kala. Yang dipermasalahkan adalah nilai-nilai masyarakat.
Bagaimana serasi atau kurang serasi hubungan ini akan tampak dalam saat-saat
kritis. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan
kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian, bagaimana penyelesaian masalah itu
sendiri juga mencerminkan kebudayaan masyarakat itu. Permasalahan ini menurut
para ahli paedagogi social bahwa masalah antar generasi tidak terdapat di
masyarakat tradisional. Dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi merupakan
suatu masalah modern. Adapun inti pokok adalah bahwa dalam masyarakat sistem
tertutup/tradisional, pembinaan dan proses pendewasaan terjadi secara kontinyu,
di awasi oleh social control masyarakat.
1. Masalah Potensi Generasi Muda
·
Menurunnya jiwa idealisme,patriotisme dan
nasionalisme
·
Kurang pastinya masa depan yang akan dihadapi
·
Belum seimbangnya generasi muda dgn jumlah
fasilitas pendidikan
·
Kurangnya lapangan pekerjaan
·
Kurangnya gizi
·
Banyak perkawinan dibawah umur
·
Pergaulan bebas
·
Meningkatnya kenakalan remaja
·
Belum adanya peraturan tentang generasi muda
Perubahan-perubahan
sosial budaya yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni yang diikuti oleh masalah peledakan penduduk dan berbagai
krisis dunia dalam bidsng ekonomi, social, budaya, politik dan pertahanan
keamanan, telah mempengaruhi masyarakat secara mendasar.
Pengaruh
itu drasakan pula oleh generasi muda atau pemuda sebagai masalah langsung
menyangkut kepentingannya di masa kini dan tantangan yang dihadapinya di masa
yang akan dating. Secara garis besar, permasalahan generasi muda itu dapat
dilihat dari berbagai aspek sosial
2. Masalah Generasi Muda Dari Berbagai
Aspek Sosial
a. Aspek
sosiologi psikholog
b. Aspek
sosial budaya
c. Aspek
sosial ekonomi
d. Aspek
sosial politik
3.
Macam–Macam Pemuda Di Kaji Dari Perannya Dalam Masyarakat
1. Jenis
pemuda urakan
Yaitu pemuda yang
tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan–perubahan dalam masyarakat. Tidak
ingin untuk mengadakan perubahan dalam kebudayaan, akan tetapi ingin kebebasan
bagi dirinya sendiri, kebebasan untuk menentukan kehendak diri sendiri.
2. Jenis
pemuda nakal
Pemuda-pemuda
ini tidak ingin, tidak berminat dan tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan
dalam masyarakat ataupun kebudayaan, melainkan berusaha memperoleh manfaat dari
masyarakat dengan menggunakan tindakan yang mereka anggap menguntungkan dirinya
tetapi merugikan masyarakat.
3. Jenis
pemuda radikal
Pemuda-pemuda
radikal berkeinginan untuk mengadakan perubahan revolusioner. Mereka tidak
puas, tidak bisa menerima kenyataan yang mereka hadapi dan oleh sebab itu
mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka berusaha baik secara lisan maupun
tindakan rencana jangka panjang asal saja keadaan berubah sekarang juga.
4. Jenis
pemuda sholeh
Pemuda
yang dalam setiap tingkah lakunya sehari – hari selalu berpegang teguh terhadap
agamanya. Melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
B. SOSIALISASI
Sosialisasi adalah sebuah proses
penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke
generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog
menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Proses kehidupan yang dialami
oleh para pemuda Indonesia tiap hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat, membawa pengauh yang besar pula dalam membina sikap untuk
dapat hidup di masyarakat. Proses itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi.
Proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan
berproses hingga mencapai titik kulminasi.
1.
Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya,
sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan
sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja.
Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang
sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu,
bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
a.
Sosialisai
primer
Peter
L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota
masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5
tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga
dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya
dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam
tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting
sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi
yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
b.
Sosialisai
sekunder
Sosialisasi
sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah
satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses
resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam
proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang
lama.
2.
Tipe Sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat
mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang itu
baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di
sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas
tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok
sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling
membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi
yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah
sebagai berikut.
a.
Formal
Sosialisasi
tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang
berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
b.
Informal
Sosialisasi
tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok
sosial yang ada di dalam masyarakat.
Sosiologi dapat dibagi menjadi
dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi
represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap
kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan
materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.
Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi
perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang
tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
Sosialisasi partisipatoris
(participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika
berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam
proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada
interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah
anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
3. Agen Sosialisasi
Agen
sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi.
Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media
massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan
yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu
sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi
bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di
sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan
menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa
mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses
sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung
satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu
dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang
berlainan.
a. Keluarga
Bagi keluarga inti (nuclear family)
agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang
belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada
masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen
sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri
atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya,
sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat
biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan
anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger
peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat
besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang
tuanya sendiri.
b. Temen pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut
teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke
luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang
bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses
sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa
remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian
seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi
dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia,
pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan
cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan
dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari
peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan
juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
c. Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga
pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain
yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan
berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus
dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
d. Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di
sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik
(radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada
kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
e. Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok
bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama,
tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan.
Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan
membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas
dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
C. HUBUNGAN ANTARA PEMUDA DAN
SOSIALISASI
Seorang
pemuda harus bisa beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan disekitarnya.
Maksudnya agar tumbuh sikap rasa peduli dan rasa kebersamaan didalam dirinya.
Lihatlah dizaman sekarang teknologi yang berkembang telah disalahgunakan
seolah-olah globalisasi telah memberi efek buruk pada generasi muda.
Individualisme itulah yang terjadi pada pemuda zaman sikap peduli pada
lingkungan sekitar menurun drastis. Contoh umum jika ada kerja bakti
dilingkungan sekitar banyak pemuda yang bermalas-malasan untuk ikut serta dalam
kegiatan ini lebih memilih bermain dirumah atau memainkan android,iphone atau
apalah itu . Pemuda seperti apa ini!
Dalam
kehidupannya seorang pemuda dituntut dapat bersosialisasi dengan masyarakat
lainnya. Proses sosialisasi pemuda didefinisikan proses yang membantu individu
melalui belajar dan penyesuaian diri. Proses sosialisasi sebenarnya berawal
dari dalam keluarga. Melalui proses sosialisasi, individu (pemuda) akan
terwarna cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi,
individu menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku ditengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya.Sesuai dengan pepatah lama semakin banyak
dilihat semakin banyak dirasa. Jadi pengalaman adalah hal yang dibutuhkan
seorang pemuda bisa bertindak dan mengasah pola pikirnya untuk perubahan yang
akan datang.
D.
SUMBER DATA
·
http://id.wikipedia.org
·
http://bloggerbukancafe.blogspot.com
·
http://sh0likhin.wordpress.com
·
http://muchad.com
·
http://aushuria.wordpress.com
Pemuda Dan Sosialisasi >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Pemuda Dan Sosialisasi >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Pemuda Dan Sosialisasi >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK